Rabu, 18 Juli 2012

ULTRAS : SEBUAH LOYALITAS


ULTRAS : SEBUAH LOYALITAS
Oleh : miztazone
Ultras berasal dari bahsa latin “ultra”, dalam bahasa inggris berarti melampaui. Bila dikaitkan dengan karakteristik suporter ini berarti ultras adalah kelompok yang memiliki antusiasme yang diluar kenormalan. Kecenderungan pada kelompok in adalah penggunaan suar dalam selebrasinya, selain itu kelompok ini juga sering membentuk koreo
Ultras berkembang pesat di negara-negara kawasan eropa timur seperti Italia, kroasia, serbia, belgia, dan beberapa negara kawasan lainnya. Umumnya yang dikenal adalah negara Italia yang memiliki suporter berbasis ultras cukup banyak. Hanya saja trend suporter seperti ini tidak sampai kewilayah semenanjung inggris. Inggris punya istilah lain yaitu Hooligans untuk menggambarkan suporter garis keras.
Ultras dan Pengelola Klub
Umumnya tempat atau stand yang mereka tempati dalam stadion adalah tempat yang harga karcisnya paling murah. Maka jangan heran bila kebanyakan bagian tempat penonton dalam stadion yang berada di belakang gawang tidak menggunakan “bangku lipat”. Aksi mereka yang seringkali ekstrim juga menjadi alasan mengapa pihak pengelola stadion enggan memberikan fasilitas yang lebih. Pihak klub atau pengelola stadion biasanya akan memasang pagar yang menjulang tinggi untuk menghindari hal-hal yang mengganggu jalanya pertandingan. Pertalian antar anggota ultras cukup erat, satu pandangan adalah dasar mereka. Kesetiaan mereka mendukung kesebelasannya juga tidak diragukan lagi. Melihat kondisi demikian pihak klub atau pengelola stadion selalu menyediakan tiket khusus untuk mereka, tentunya dengan harga yang lebih murah. Selain itu pihak klub juga menyediakan tempat penyimpanan khusus untuk atribut-atribut mereka seperti bendera dan banner.

Karakteristik ULTRAS
Ultras umumnya adalah kalangan ekonomi menengah kebawah. Buruh adalah kebanyakan pekerjaan mereka. Sepakbola benar-benar menjadi alternatif hiburan ditengah penat kehidupan. Loyalisme kelompok ini tak dapat diragukan lagi. Setiap laga selalu mendampingi klub-klub kesayangannya. Laga away yang jauh sekalipun mereka ikuti sebagai tanda akan harga diri dan kesetiaan seorang ultras.
Yang menarik dalam menghadiri laga away (baca : tandang) ada yan datang membentuk sekelompok masa dan ada sebagian kecil yang datang sendiri atau terpisah. Di negara-negara eropa biasanya akan membentuk sekelompok masa beriringan menuju stadion lawan dengan penjagaan polisi yan super ketat. Di indonesia sendiri cukup menarik, sepakbola kita memiliki tingkat keamanan yang cukup buruk[1] buktinya beberapa laga besar yang bergengsi pihak keamanaan tidak pernah memberikan izin kepada suporter tamu demi alasan keamanan. Apapun alasannya, nyata bahwa pihak keamanan di negeri kita belum serius menjaga sepakbola dalam negeri.
Dalam kelompok ultras ada seorang leader yang memimpin kelompoknya. Peran leader ini cukup sentral dalam suatu kelompok. Leader bertugas mengkordinir anggota dalam segala hal baik tentang tata aturan kelompok maupun dalam hal koreografi. Posisi mereka begitu disegani oleh anggotanya.
Slogan ACAB ( ALL CORP ARE BAST*RD ) jadi slogan wajib sebagai perlawanan. Giant flag yang berkibar-kibar, flare yang memerahkan stadion, banner yang mengancam dan juga membakar semangat tim tertata di sudut belakang gawang[2]. Umumnya mereka berpakain serba hitam dengan tutup kepala (sebagian orang) dan bahkan bertelanjang dada ditengah-tengah hujan dan terik matahari.
Ultras memiliki gaya-gaya tersendiri . beberapa kelompok ini ada yang menjual produk-produk untuk menjaga kelangsungan kelompok. Produk yang dijual antara lain adalah kaos/t-shirt, jaket, topi, scraft, bahkan meroduksi flare (baca : suar).
Ada beberapa karakteristik ultras, diantaranya :
1.      Tidak pernah berhenti bernyanyi sepanjang pertandingan,tidak peduli apa hasilnya.
2.      Tidak pernah duduk selam pertandingan.
3.      Hadir dalam setiap pertandingan tidak terpengaruh jarak dan biaya.
4.      Kesetiaan pada kelompok dalam stadion, seperti curva baik curva sud maupun curva nord, gate, stand, kop, dan beberpa istilah lain.
Hanya saja kebiasaan selalu berdiri sepanjang pertandingan dengan diserati koreo bendera mendapat kritik dari kelompok penonton non-ultras (baca : suporter biasa).  Tempat mereka (ultras)  yang umumnya berada di barisan depan dianggap menghalangi pandangan suporter yang di belakangnya (non-ultra). Umumnya ini terjadi pada klub yang memiliki kelompok ultras yang belum begitu besar. Jadi tempat ultras dalam stadion masih berbaur dengan suporter biasa atau non-ultras.[3]
Bendera ultras memiliki simbol-simbl yang beragam, makna yang terkandung berarti kebanggaan, garis keras, dukungan, perlawanan, dan ancaman. Flare atau suar biasa dinyalakan pada pembuka pertandingan, selebrasi gol, dan penutup laga. Tidak peduli apakah suar kriminal atau bukan yang mereka pegang adalah keyakinan bahwa “ pyrho is not crime “. Flare dapat membakar semangat para pemain merupakan suatu kepercayaan yang kokoh. Terlepas apakah flare itu dilarang atau tidak yang jelas, flare benar-benar menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok ini.
Selain itu ultras juga memiliki koreografi yang kretaif. Biasanya koreografi dilakukan ketika pertandingan yang memiliki prestise yang cukup tinggi seperti laga big match dan derby. Koreografi dengan kertas yang tersusun rapi berisi pesan-pesan yang memiliki arti beragam. Butuh waktu yang cukup lama untuk menyusun koreografi yang rumit dan motif yang detail. Semakin rumit motif koreografinya semakin bangga dengan kelompoknya.
Ultras juga tidak lepas dari unsur politik yang kental. Kelompok ini kadang dikaitkan dengan politik, rasisme, anti-rasisme, nasionalsime, dan anti-kapitalisme. Kelompok ultras mengkritik sepakbola yang bercampur dengan bisnis, seperti menjual pemain layaknya menjual pakaian. Pudarnya loyalisme pada jiwa pemain yang didukung menjadi konsen ultras, pemain tergiur dengan keuntungan jika pindah kepada klub lain.
Melihat pemaparan singkat diatas tentang kelompok ultras dapat dikatakan bahwa ultras adalah tren supoter yang berasal dari negara kawasan eropa yang memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan kelompok lain. Melihat karakteristik yang seperti disebutkan diatas, bagaimanakah pendapat anda tentang kelompok Ultras ?



[1] Hal ini dapat kita lihat dari keputusan pihak keamanan yang lebih sering tidak memberikan izin kepada suporter lain hadir ke stadion lawan. Alasan mereka demi keamanan, dan rivalitas antar suporter yang berbahaya. Di eropa jarang atau bahkan hampir tidak ada semacam larangan untuk klompok suporter lawan untuk hadir kedalam stadion. Di eropa pihak keamanan benar-benar menjaga setiap kelompok yang hadir dalam stadion, sekalipun rivalitas antar klub cukup tinggi.
[2] Dalam sepakbola italia dikenal dengan istilah “curva”. Umumnya curva ada Curva sud (mengartikan bagian selatan) dan curva nord (utara).
[3] Di eropa kelompok ultras akan mengintimidasi kelompok non-ultra yang mencoba mengusik atau mengkritik aksi kelompok ultras. Lain halnya di indonesia, trend ultras di negeri ini maih tergolong baru, belum banyak yang tahu trend kelompk ultras yang selalu berdiri mengibarkan bendera di barisan depan. Kelompok yang belum tahu kebiasaan ultras malah yang mngusik dengan melempari botol kelompok yang berada di depan (ultras) karena dianggap menghalang-halangi pandangan mereka (non-ultras), seperti yang terjadi pada salah satu stadion di indonesia beberapa waktu lalu.

Sabtu, 14 Juli 2012

Kembali nge-Blog


Ketika malam tak lagi panjang
Di ujung kejayaan       
Berselimut kesucian
Aku teringat akan masa lalu
Abah membukakan mata
Mengajak menembus gelap memburu kewajiban
Hanya gelap dan jalan terjal mengiringi
Berat beban menemani kisahku
Aku takdzim
Tak ku pikir ini kewajiban
Tak terasa kini
Kokoh dalam hati
Bekal hidup kekuatan batin
Arti langkah dibalik gelap kala itu
Tentang prinsip sederhana
 Ma La Yatimul Wajibhu illa Bihi Fahuwa Wajib” (miftahzone,2012)

Tak terasa ujian yang tidak berperi kemanusiaan telah habis masa edarnya. Artinya kehidupanku yang damai telah kembali berjalan. Tapi ini bukan jaminan, terlebih musim kemarau telah menancapkan benderanya. Slogan “be strong boy.....!” membalut kepala. Air mulai susah didapat, rumput mulai mengering, ladang gelisah, dan aku masih disini bersama tiga kambing genit. Senang melihat kawan kini banyak pergi ke kota impian, mengejar harapan, mengais-ngais keberuntungan di kota kejam. Aku hanya berpesan jangan sholat kau tinggalkan.

Masih teringat dikepala bayang-bayang soal yang tidak berperi kesoalan. Mungkin hanya lembaran kejam itu yang mampu membuat saya betah duduk diruangan menyebalkan. Well, banyak file e-book perawan yang belum kujamah dan belum kugagahi. Kasihan betul, sudah lama hinggap di kotak ajaib belum kulirik sedikit pun “e-book perawanku”. Blog ini juga mulai angker, lama kutinggalkan kosong tidak berpenghuni sarang laba-laba memnuhi. Salah satu foto juga tampak begitu pucat padam. Artinya setumpuk PR karya (baca : membaca pemikiran) harus segera ku penuhi. Hanya saja aku harus membagi waktu dengan tiga kambing genituku, rumput mulai mengering mereka kini berubah menjadi sosok manja menyebalkan berbau “prengus”. Air juga menjadi persoalan. Well. Still positif thingking boy...! terus berkarya. Be u’r self kalau orang kompeni bilang, (slogan yang tepat untuk seorang perjaka labil).


Oh ya buat kawan-kawan yang menunggu postingan, next week insyaAllah dah berjalan lancar. Sabar, seperti sosok perempuan di balik benda berbentuk kotak bau a.k.a kakus. 
 
Hahaha, yang jadi pertanyaan adalah emang ada pemirsa setia di blog ini....! jangan ambil pusing, termotifasi oleh postingan ultras yang cukup dapat menyedot perhatian untuk terus menulis. Kapan-kapan kalo ada tulisan yang berbobot, rencana mau kirim ke koran suara merdeka, yah kalau diterima.




Sepenggal lirik lagu aku adalah aku dari band indie “THIRTEEN”  asal jakarta yang cukup berkesan :
 “Setiap tetes keringat yang tercurah, Semakin membuatku kuat dan dewasa”
#Is_BACK