“KAMU IBARAT ABANG
TUKANG BASO YANG GAK PERNAH GW PANGGIL”
“Yang paling ku ingat.. aku selalu
berusaha seceria mungkin dengan sepeda karat ku membelah jalan diantara
hamparan sawah menuju madrasahku, tak lupa aku melihat gunung besar di ufuk
timur ketika pagi terang, tak peduli ada perawan melihatku, yang ku tahu hanya
perempuan itu yang pernah menggetarkan seisi jantungku.”
Selamat malam, sedang apa kamu
disana. Ya disana, ditempat yang gak pernah aku tau dimana. aku harap kamu
sehat-sehat aja ya, Allah senantiasa menjaga hari-harimu kan, yah aku
mendo’akanmu di bawah redup lentera dalam keheningan pagi. Aku ingin kamu tidak
gelisah, bosan, marah, seperti yang kau tulis dalam dinding fb mu. Aku ingin
kamu jalanin apa yang ada didepan kamu sekarang. Percayalah.
Sepintas ingatan ini membawaku ke
masa-masa di Madrasah....
Seperti layaknya seorang bocah
madrasah, aku berangkat sekolah dipagi-pagi buta dari karanganyar dengan tujuan
kebumen. Yah, radak aneh memang, rumahku dikarangayar sekolah di kebumen di sebuh
madrasah di tengah hamparan pematang sawah. Jauh memang, tapi aku lakukan saja
seperti biasanya. Dulu aku sempat nyantri, tapi hanya sejenak saja seperti
layaknya “mampir ngombe”. Yah karena satu hal aku memutuskan untuk “nglaju”.
Alasan yang pedih kalau aku ingat tak lagi nyantri. Bahkan aku tak kuasa lagi
menuliskan kisah-kisah ku ketika nyatri. Lupakanlah.
Pagi yang basah, aku menunggu angkot
tujuan kebumen. Tak lama kemudian datang angkot tujuan kebumen. Segera aku
bergegas menaikinya, seperti biasanya aku langsung mengmbil tempat di bangku
belakang.
Yah, bangku belakang. Bangku belakang
angkot bagiku adalah simbol kebebasan. Ya, kebebasan buat melihat siapa saja
yang ada di depanku, bebas melihat gerak-geriknya segala macem, bahkan bebas
kita bisa tiduran di belakang. Benar-benar bebas bukan.
Tak lama setelah aku duduk, angkot
melewati perlintasan rel kereta karangayar. Tiba-tiba angkot berhenti, Ini
terlihat aneh, soalnya tak biasa ada angkot berhenti di tempat ini. ini bukan
tempat yang umum untuk berhenti, apalagi ini jam sekolah. Tampak sekilas dari kejauhan ada siswi
perempuan berkerudung. Dilihat dari kerudungnya aku paham dia sekolah dimana.
Yah madrasahku tentunya, dugaan itu diperkuat ketika dia menaiki angkot yang
aku tumpangi. Aku paham dengan wajah itu. Dialah wajah yang akhir-akhir ini
membuat malamku tak tenang, aku betul-betul merasakan nuansa remaja saat itu.
Dia mengambil posisi duduk di belakang supir,. Benar-benar posisi yang pas buat
aku pandangi dari spion supir. Hahaha senyum dalam hati melihat perempuan
anggun itu dengan jelas.
Tak terasa sampai sudah angkot ini di
kebumen kota. Perempuan itu beranjak turun terlebih dahulu, aku berusaha menyusulnya
dari bangku belakang dengan susah payah berdesak-desakan dengan penumpang
angkot yang memenuhi seiisi angkot pagi itu. Yah dia keburu menaiki becak motor
melesat jauh meninggalkan langkahku. Oh sialnya aku.
Sebelumnya, kuberitahu yah... dia
bukan orang kebumen kota asli. Ya, dia nge-kost disalah satu kost-kostan di
sekitar madrasah. Kebetulan ini hari senin, dia baru bearngkat dari rumahnya.
Layaknya anak kost hari minggu adalah waktu untuk pulang kerumah. *cukup itu saja intermezonya.
Lanjut... aku bergegas mengambil
sepeda di tempat penitipan. Dengan muka pucat aku mengayuh sepeda itu berharap
aku dapat mengejar becak motor sialan yang sudah mencuri perempuan itu dari
pandanganku. “awas kau becak sialan.... akan kuingat2 perbuatan kau pagi
ini,,,,”. Dan akhirnya sukses, becak itu tidak dapat terkejar. Biasa ajalah,
kalaupun dapat dikejar juga aku gak tau harus ngapain. Absurd memang kisahku
ini.
Perempuan itu....
Yah aku banyak tahu tentang perempuan
itu, kebetulan teman sekelasku ada yang satu kost dengannya. Dia bercerita
banyak hal dari nama panggilannya yang jorok, phobianya yang aku prihatin kalo
dengar ceritanya, dan kesukaannya. Yah, sambil aku mendengar temanku bercerita
aku sesekali tersenyum dan betapa bahagianya seisi dadaku. Seolah dadaku ada
yang memompa dan membesar-membesar meledak mengeluarkan serpihan kertas
berwarna merah muda. Benar-benar nuansa remaja... oh absurdnya. Sisi buruknya
dari hal yang diceritakan temanku itu adalah aku semakin larut saja dalam
jeratan pengandai-andain yang teramat bodoh. Sial.
Satu hal...
Dari nuansa remajaku adalah aku hanya
dapat melihatnya dari jauh. Tak kuasa hati ini mendekati perempuan sesempurna
itu. Aku sadar diri siapa diri ini. Aku hanya bocah berkulit hitam pendek,
hanya sepeda berkaratlah yang menemani hari-hariku saat itu. Aku teralu bodoh
mengagumi seseorang. Seharusnya aku sadar, perempuan mana yang tertarik dengan
bocah seperti ini. ingin memaki diri sendiri saat itu.
Sesaat aku berusaha membuang
jauh-jauh pikiran konyol itu. Ditambah lagi konon dia tertarik dengan sahabat
dekatku. Oh lengkap sudah nuansa remajaku, konyol dan sakit pake banget. *serius
“ inilah definisi Cinta menurut bang Raditya Dika, sebuah perasaan yang dapat
merubah tahi ayam serasa coklat, dan bila bertepuk sebelah tangan coklat serasa
tahi ayam. Dan aku membenarkan definisi itu.
Tak terasa sebentar lagi aku
meninggalkan madrasah ini. banyak hal yang aku dapat persahabatan, mimpi,
obsesi, harga diri, dan perasaan cinta. Ohh.... *sambil benerin sarung.
Yang paling ku ingat.. aku selalu
berusaha seceria mungkin dengan sepeda karat ku membelah jalan diantara
hamparan sawah menuju madrasahku, tak lupa aku melihat gunung besar di ufuk
timur ketika pagi terang, tak peduli ada perawan melihatku, yang ku tahu hanya
perempuan itu yang pernah menggetarkan seisi jantungku.
Kini kaupun tak lagi ditempat itu.
Entah dimana, aku tak terlalu tahu, yang jelas disini aku masih mengingatmu, ya
dirimu si perempuan, panggilan jijik dan phobia aneh. Aku selalu mengingtamu,
aku selalu menyebut namamu dikala sepertiga malam, aku berharap dapat menyebut
namamu di bawah terangnya sinar dan kaupun mendengarnya, utopis memang, tapi
apa salahnya berharap. Barangkali Tuhan mendengarkan suara hati ini.
Pesanku jalani saja apa yang ada di
hadapanmu kini, Tuhan sudah punya rencana yang indah untuk kamu percayalah.
Perawat, sungguh lembut jika itu benar ada padamu. Aku kini Dalam senyum yang
jujur.
#LOVELY-LUT**
(sama sekali aku tak harap simpatimu,
aku hanya ingin kau tahu dulu aku memerhatikanmu)
Maaf aku menggunakan kata lovely.
“JODOH itu ibarat ABANG TUKANG BAKSO,
kalo lu gak pernah manggil, yah bakalan lewat begitu saja dan gak bakal
berhenti” tapi satu hal, pasti ABANG TUKANG BAKSO itu bakal balik lagi lewat
didepan kita, PERCAYALAH”
HUHUHUHU, GW HARAP LU LEWAT LAGI DONG DIDEPAN
GW.... HUHUHU *Sambil buka CD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar