Prolog
Aku
vs Burung Peking
Di
bawah atap gubuk reot aku mencoba menari-narikan jari-jemari ini. Hanya ladang
tadah hujan yang kehausan mengharapkan hujan dan angin menemaniku siang itu.
Angin sepoy-sepoy yang terus menerus menerpa diri semkain membuat
inspirasi-inspirasi kelas teri mengalir lancar kedalam kepalaku ini.
Hanya
saja kedamaian siang itu,siang kemarin,dan siang yang akan datang akan selalu
diusik oleh sekelompok burung peking. Kau tahu akau teralu bodoh untuk tidak
tahu bahasa indonesia dari burung peking. Aku tidak sempat mencari di kamus,
maksudku bukan tidak sempat, tapi aku enggan mencari bahasa nasional dari
burung yang menjadi rivalku beberapa hari ini. Burung itu sangat menyebalkan,
mereka hobi sekali mencuri biji-biji padi yang baru mekar ini. Mereka
benar-benar tidak tahu sopan santun. Biji-biji itu masih terlalu belia untuk
mereka gagahi. Kadang mereka bermanuver diudara seperti manuver pesawat tri
colori negeri piza. Meliuk-liuk mengejeku dari kejauhan. Kesal betul aku
dibuatnya.
Burung
itu menyerang ladang-ladang dengan gaya serangan udara tentara nazi, dan aku
saat itu berperan sebagai negara Belanda yang dibombardir mereka. Strategi
defensifku nampaknya sudah tidak efektif lagi. Tapi aku pantang menyerah,
sesekali aku harus bernajak dari peraduan untuk melampari mereka. Saat itu aku
merasa seperti seorang mertua yang mengusir menantu yang malas bekerja. Gila
memanng keadaanku saat itu. Tapi aku berusaha menyelesaikan tarian jati-jariku
diatas selembar kertas lusuh.
Rivalitas
antara aku dan kelompok burung peking belum berakhir. Aku akan mengingat wajah
burung yang dengan percaya diri menggagahi biji-biji padi bawah umur di depan
mataku. IT NEVER END.....! AKU VS MEREKA!
Menggapai
“Green School”di Kota Kecil
Add caption |
Melihat kondisi diatas ahir-ahir ini
mulai banyak terdengar ajakan-ajakan yang menyerukan go green. Pemerintah, LSM, Lembaga pendidikan dan Media-media turut
menyerukan ajakan tersebut. Program pemerintah yang belum lama ini dilakaukan
adalah ajakan untuk menanam sejuta pohon. Kita patut bersyukur pemerintah saat
ini sudah mulai memeperhatikan lingkungan. Selama ini yang kita tahu pemerintah
selalu memihak pengusaha dalam pengolahan SDA. Misalnya saja, Pemerintah selalu
memberikan izin kepada pengusaha kelapa sawit untuk membuka lahan baru di
sekitar hutan lindung di kalimantan. Tentunya keadaan itu kian mengancam
kelangsungan eksosistem yang ada dalam hutan tersebut. Semoga saja program
menanam sejuta pohon menjadi awal kebijakan peduli lingkungan dan dilakukan
secara terus-menerus.
Selain pemerintah, ada juga beberapa LSM
pemerhati lingkungan di Indonesia, diantaranya adalah WALHI dan Green Peace
Indonesia. Kelompok tersebut konsen menjadi pemerhati lingkungan di Indonesia.
Selain itu mereka juga sebagai kelompok terdepan dalam melawan
kepentingan-kepentingan kelompok tertentu yang mengeksplotasi alam negeri ini
secara berlebihan dan berpotensi merusak. Hanya saja kelompok-kelompok seperti
ini mayoritas terdapat di kota-kota besar dan daerah rawan perusakan
lingkungan. Dapat dipastikan banyak kota-kota kecil yang tidak tersentuh oleh
kelompok ini. Hal ini bisa dikarenakan terbatasnya jumlah anggota kelompok tersebut
atau koresponden di daerah-daerah.
Green School
Akhir-akhir ini mulai banyak
lembaga-lembaga pendidikan baik sekolah maupun perguruan tinggi yang
mencanangkan semangat green school.
Hal ini merupakan langkah yang tepat jika semangat ini diintegrasikan dalam
lembaga pendidikan. Mengingat, lembaga pendidikan merupakan tempat mencetak
anak didik. Jadi, nantinya diharapkan lembaga pendidikan mampu mencetak anak
didik yang cinta lingkungan.
Sekolah sebagai lembaga untuk mendidik
dan menanamkan budaya positif memiliki fungsi yang srategis dalam merubah
paradigma berpikir yang salah dari generasi ke generasi terhadap lingkungan
hidup. Selama ini paradigma berpikir masyarakat kita melihat lingkugan hidup
semisal hutan sebagai aset ekonomi yang harus dieksploitasi sebnyak-banyaknya
tanpa memedulikan dampak dan akibat jangka panjangnya. Dari sekolah semua
proses perbaikan ini dimulai.
Sekolah hijau mempunyai makna yang lebih
luas, yakni bukan hanya tampak fisik sekolah yang hijau, tetapi wujud sekolah
yang memilki program dan aktifitas pendidikan yang mengarah kepada kesadaran
dan kearifan terhadap lingkungan hidup. Artinya, sekolah memiliki komitmen dan
secara sistematis mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan
nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah.
Sekolah hijau memiliki program seputar
pengembangan pendidikan berbasis komunitas, peningkatan kualitas kawasan sekolah dan lingkungan
sekitarnya, dan pengembangan manajemen sekolah berwawasan lingkungan.
Berbicara sekolah hijau, Kota Banjarmasin
akan dijadikan lokasi (pilot projek) dan satu-satunya di Indonesia untuk
pengembangan sekolah (green scool ) oleh badan PBB UNESCO.
Dipilihnya kota Banjarmasin karena kota ini memiliki banyak keunikan, seperti
lahannya yang pasang surut dimana adanya lapisan pirit dan kadar keasaman air
yang tinggi serta permukaab tanah yang rendah. (Antara News)
Green School di Kebumen, adakah ?
Melihat konsep sekolah hijau (green school) seperti yang disebutkan
tadi, apakah ada sekolah di Kebumen yang berkonsep green school ? Penulis melihat secara fisik kondisi lembaga-lembaga
pendidikan di kabupaten Kebumen banyak yang sudah menerapkan konsep green school, seperti dengan adanya
pohon-pohon yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Hanya saja sekolah-sekolah
tersebut dapat dikatakan green school
dilihat dalam arti yang sempit. Penulis tidak menemukan sekolah yang sudah mengintegrasikan
konsep-konsep lingkungan dalam pembelajaran, sekolah kebanyakan melakukan
kegiatan yang menjurus terhadap ligkungan hanya pada waktu-waktu tertentu saja.
Meskipun demikian, kegiatan tersebut dapat menjadi titik tolak untuk terus
mengembangkan konsep lingkungan dalam pendidikan nantinya.
Penulis setidaknya mencoba mencari-cari
sekolah yang menganut paham green school.
Hingga pada akhirnya penulis menemukan sebuah sekolah yang menurut penulis
adalah lembaga pendidikan semi green
school. SMP N 1 Karanggayam, sekolah yang berada di Kec. Karanggayam ini
lokasinya berada di tempat yang hijau. Pohon-pohon tertata rapih di area
sekolah. Udara yang sejuk semakin membuat semangat siswa-siswanya. Suasana
lingkungan yang kondusif membuat kegiatan pembelajaran di sekolahan ini berlangsung
dengan nyaman. Belakang sekolah ini adalah bukit yang berisi barisan pohon
pinus. Warga sekitar memanfaatkan pohon pinus untuk diambil getahnya. Dengan adanya pohon-pohon dilikungan sekolah
merupakan langkah awal sebagai momen mendekatkan siswa kepada lingkungan dan
setidaknya akan merasa nyaman jika berada di lingkungan pendidikan yang asri. Secara
fisik sekolahan ini memang dapat dikatakan sebagai green school.
Sekolah ini juga mengadakan program yang
dapat melatih tanggung jawab siswa terhadap lingkungan. Setiap hari jum’at
kegiatan disekolah ini dikususkan untuk melakukan kegiatan bersih-bersih
lingkungan sekolah selama 45 menit. Meskipun terlihat sederhana, tapi kegiatan
ini dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat menumbuhkan kebiasan baik
untuk menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu sekolah juga memanfaatkan
ekstarkulikuler pramuka sebagai wadah untuk menanamkan cinta lingkungan. Mengingat,
pramuka merupakan ekstrakulikuler yang kegiatannya dekat dengan alam. Meskipun
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan masih terbatas, setidaknya
hal-hal semacam itu dapat menumbuhkan minat siswa untuk lebih peduli terhadap
lingkungan.
SMP N 1 Karanggayam memiliki peran yang
strategis dalam menanamkan peduli lingkungan kepada anak didiknya. Melihat, siswa
sebagian besar berasal dari desa dan berlatar belakang keluarga petani.
Kebanyakan keluarga petani akan menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Sehingga
mengancam jumlah pohon, dan cendrung pohon yang dipilih adalah pohon pinus yang
dianggap memilki kulaitas bakar lebih baik dari pada kayu dari pohon lain.
Melihat kondisi seperti itu, sekolah mempunyai kesempatan untuk mensosialisasikan
kepada siswa agar menjaga lingkungan sekitar. Bagaimana dengan bahan bakar kayu
yang menjadi bahan pokok untuk dapur, itu diperlukan kesadaran masyarakat dan
beralih ke bahan bakar gas yang jauh lebih efisien. Dalam keadaan seperti ini sekolah
perlu mengambil peran dalam melihat persoalan ini dengan memanfaatkan anak
didik yang berasal dari latar belakang petani. Sehingga nantinya sedikit demi
sedikit kebiasaan kelurga petani tersebut akan berubah. Amin.
Sebaiknya lembaga-lembaga pendidikan di
Kab. Kebumen menerapkan konsep green
school. Konsep ini menjadi kebutuhan yang sangat vital dan harus segera
dilaksanakan, melihat kondisi lingkungan saat ini semakin parah. Kebanyakan
sekolah-sekolah di Kebumen hanya disibukan dengan kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang normatif saja. Sekolah saat ini sibuk mengurus siswanya saat
menjelang UN. Bagi kebanyakan sekolah, UN adalah ajang untuk pembuktian
kualitas dan dianggap sebagai magnet untuk menarik siswa-siswa masuk kedalam
sekolahnya jika hasil UN sekolah tersebut bagus. Selain itu sekolah juga mulai
berlomba-lomba mempercantik diri supaya dapat meraih predikat RSBI. Penulis
melihat RSBI sebagai bentuk kapitalisme dalam dunia pendidikan. Penulis merasa
prihatin melihat keadaan lembaga-lembaga pendidikan saat ini. Mereka tidak
sempat mengangkat isu-isu lingkungan karena terlalu disibukan dengan sederet
kegiatan yang dapat mendatangkan keuntungan pribadi lembaga tersebut. Semoga
saja SMP N 1 Karanggayam dapat menjadi contoh bagi lembaga-lembaga pendidikan
lain.
Green school adalah konsep terbaik untuk
menjaga lingkungan yang berawal dari dunia pendidikan. Konsep ini dapat
mencetak generasi-generasi cinta lingkungan. Dan itu terbukti. Percayalah. Save
world!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar