PROLOG
Tidak
ada niat lain untuk menuliskan kisah-kisah kebodohan selain untuk menghilangkan
penat dikepala. Tuntutan hidup yang semakin kejam dan alur hiburan yang serba
monoton membuat hidup penulis terasa galau (waduh). Oleh karenanya, Penulis
mencoba menghadirkan hal baru dalam karyanya yang skeptis dan apa adanya.
Ini
tentunya suatu hal yang luar biasa. Mengingat, dulu waktu penulis masih kecil
ketika kencingnya belum lurus begitu trauma jika harus menggoreskan tinta dan
merangkai kata. Kau tahu. Pasti tidak. Aku beritahu, sisi terburuk dalam masa
kecilku adalah tulisanku begitu buruk dan mungkin jika tulisanku diperlihatkan
kepada orang yang mengidap jantung dan stroke dapat dipastikan akan semakin
parah penyakitnya dan hidupnya tinggal menhitung hari. Menakutkan bukan. Sudah
kubilang mengerikan. Aku trauma, aku frustasi. Hingga pada akhirnya penulis
menyukai sebuah seni mural atau graffity. Kau tahu apa itu graffity. Pasti kau
tidak tahu. Sudah kuduga pasti kau lebih udik dan bego dari saya. Maaf saya
sudah terlalu menguras kebegoaanmu. Kuberitahu kau, Graffity atau mural adalah
seni mencorat-coret tembok dengan imajinasi tinggi dan di dalamnya mengandung
pesan dan kode-kode rahasia yang ditujukan kepada kelompok tertentu. Jelas kan.
(padahal aku menerangkan dengan cara bego).
Ya,
setidaknya dengan aku mengenal seni ini, perkembangan kualitas tulisanku
lumayan meningkat. Meskipun masih saja tetap dapat mebuat orang jantungan
membacanya. Absurd memang.
Yang
jelas dalam seri postingan ini saya akan menulis hal-hal bodoh dalam hidupku.
Jadi tidak dianjurkan untuk serius. Maklumlah, saya kan korban pembodohan bang
Raditya Dika. Terkena pengaruh doktrin buku kambing jantan.
Tetap
rasa syukur dan puja-puji kebesaran kepada sang Pencipta yang memberi diri ini
nafas untuk terus memompa jantung dan mengalir bersama darah. Dan saat ini
penulis sedang hobi nge-posting karena papan ajaibnya telah sembuh dari
sakitnya. Segala puji bagi Allah yang memberikan penulis rizki untuk
mendapatkan papan ajaib kelas teri bin murahan tetapi dengan susah payah dan
pengorbanan dengan tidak menginjak tanah kantin kampus sedikitpun sampai
semester dua dan seterusnya menjadi nilai plus papan ini. Penulis mencoba sadar
diri siapa diri ini, bukan orang berada tapi punya mimpi-mimpi gila yang
melambung di udara berawal dari perpus mungil yang dulu kupandang hina sekarang
menjadi tempat petilasan dikala menjelang pulang.
Notes :
Dalam seri ini penulis
akan lebih banyak menggunakan bahasa gaul untuk memudahkan cerita seperti kata
“lo”, “gue”, dan tidak lupa kata “lo gue end” (hahaha). Bukan bermaksud untuk
menyombongkan dan menghianati latar belakang budaya, karena sejatinya penulis
terlahir ditanah jawa pegungungan jauh dari kota. Intinya itulah. Salam Pembodohan.
Keep Stupid! Anti BOY BAND ! (maksud loh ? ) (aku tidak bermaksud) (hahahha)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar